Pengertian
Kognisi Sosial
Kognisi
sosial adalah tata cara dimana kita menginterpretasi,
menganalisis, mengingat dan menggunakan informasi tentang dunia sosial. Kognisi
sosial dapat terjadi secara otomatis. Contohnya,saat kita melihat seseorang
dari ras tertentu (Cina misalnya), kita seringkali secara otomatis berasumsi
bahwa orang tersebut memiliki ciri/sifat tertentu. Kapasitas kognitif kita juga
terbatas. Selain itu, terdapat suatu hubungan antara kognisi dan afeksi
(bagaimana kita berpikir dan bagaimana kita merasa).
Skema
Komponen dasar kognisi secara sosial adalah skema (schema). Skema adalah struktur
mental yang membantu kita mengorganisasi informasi sosial, dan menuntun
pemprosesannya. Skema berkisar pada suatu subjek atau tema tertentu dalam otak
kita, skema itu seperti sekenario, yang memiliki alur. Skema diotak kita
terbentuk berdasarkan pengalaman yang pernah kita alami sendiri atau
diceritakan oleh orang lain. Contohnya, skema kita tentang McD membuat kita
tahu bagaimana cara untuk makan di McD sehingga begitu kita datang ke McD kitta
langsung kekasir untuk memesan makanan. Skema yang kita miliki akan
mempengaruhi sikap kita pada sesuatu.
Skema
menimbulkan efek yang sangat kuat terhadap 3 proses dasar : Perhatian atau atensi (attention),
Pengkodean (encoding) dan Mengingat kembali (retrieval). Skema terbukti
berpengaruh terhadap semua aspek dasar kognisi sosial (Wyer & Srull, 1994). Dalam hubungannya dengan atensi, skema
sering kali berperan sebagai penyaring : informasi yang konsisten dengan skema
lebih diperhatikan dan lebih mungkin untuk masuk kedalam kesadaran kita.
Informasi yang tidak cocok dengan skema kita sering kali diabaikan (Fiske, 1993), kecuali informasi itu
sangat ekstrem. Pengkodean-informasi apa yang dimasukan dalam ingatan-informasi
yang menjadi fokus atensi lebih mungkin untuk disimoan dalam ingatan jangka
panjang. Mengingat kembali informasi (reterival)-informasi apa yang paling siap
untuk diingat-secara umum, orang melaporkan informasi yang konsisten dengan
skema mereka, namun kenyataannya, informasi yang tidak konsisten dengan skema
juga dapat secara kuat muncul dalam ingatan.
Skema
juga memiliki kelemahan (segi negatif). Skema mempengaruhi apa yang kita
pikirkan, apa yang masuk dalam ingatan kita, dan apa yang kita ingat, sehingga
terjadi distorsi pada pemahaman kita terhadap dunia sosial. Skema memainkan
peran penting dalam pembentukan prasangka, dalam membentuk satu komponen dasar
pada streotip tentang kelompok-kelompok sosial tertentu. Skema sering kali
sulit diubah-skema memiliki efek
bertahan (perseverance effect), tidak berubah bahkan ketika menghadapi
informasi yang kontradiktif. Kadang kala skema bisa memberikan efek pemenuhan harapan diri
(self-fulfilling) yaitu skema membuat dunia sosial yang kita alami menjadi
konsisten dengan skema yang kita miliki.
Contoh
efek bertahan, ketika kita gagal kita berusaha menghibur diri sendiri dengan
berkata “kamu hebat kok, ini karena pertandingan yang tidak adil”, dsb. Contoh ramalan yang mewujudkan dirinya sendiri
(self-fulfilling prophecy) – ramalan yang membuat ramalan itu benar-benar
terjadi, skema guru untuk siswa yang minoritas yang menyebabkan guru
memperlakukan siswa minoritas itu secara berbeda (kurang positif) sehingga
menyebabkan prestasi siswa minoritas itu menurun. Sterotip tidak hanya memiliki
pengaruh namun bisa melalui efek pemastian dirinya, sterotip juga membentuk
realitas sosial.
Heuristic
Kejenuhan
informasi (information overloaded) adalah suatu keadaan
dimana pengolahan informasi kita telah berada diluar kapasitas kemampuan yang
sesungguhnya sehingga menuntut sistem kognitif yang lebih besar daripada yang
bisa diolah. Berbagai strategi untuk melebarkan kapasitas kognitif harus
memenuhi 2 persyaratan, yaitu : harus menyediakan cara yang cepat dan sederhana
untuk dapat mengolah informasi sosial dalam jumlah yang banyak, dan harus dapat
digunakan, harus berhasil. Namun yang paling berguna adalah Heuristic yaitu aturan sederhana untuk
membuat keputusan kompleks atau untuk menarik kesimpulan secara cepat dan
seakan tanpa usaha yang berarti. Heuristic ada 2 macam :
a. Heuristic Keterwakilan (Heuristic
Representativeness) yaitu sebuah strategi untuk membuat
penilaian berdasarkan pada sejauh mana stimuli atau peristiwa tersebut
mempunyai kemiripan dengan stimuli atau kategor yang lain. Contoh: kita
mengenal Denis sebagai pribadi yang eratur, ramah, rapi, memiliki perpustakaan
dirumahnya dan sedikit pemalu. Namun kita tidak mengetahui pekerjaannya.
Mungkin kita langsung menilainya sebagai pustakawan. Dengan kata lain, kita
menilai berdasarkan : semakin mirip seseorang dengan ciri-ciri khas orang-orang
dari suatu kelompok, semakin mungkin ia merupakan bagian dari kelompok tersebut.
b. Heuristic Ketersediaan
(Availability Heuristic) yaitu sebuah strategi untuk
membuat keputusan berdasarkan seberapa mudah suatu informasi yang spesifik
dapat dimunculkan dalam benak kita. Heuristic ini dapat mengarahkan kita untuk
melebih-lebihkan kemungkinan munculnya peristiwa dramatis, namun jarang, karena
peristiwa itu mudah masuk kedalam pikiran kita. Contohnya : banyak orang merasa
lebih takut tewas kecelakaan pesawat daripada kecelakaan di darat. Hal ini
karena fakta bahwa kecelakaan pesawat jauh lebih dramatis dan menyedot lebih
banyak perhatian media. Akibatnya, kecelakaan pesawat lebih mudah terpikir sehingga
berpengaruh lebih kuat dalam penilaian individu. Heuristic ini berhubungan
dengan proses pemaparan awal (priming) – meningkatnya ketersediaan informasi
sebagai hasil dari sering hadirnya rangsangan atau peristiwa-peristiwa khusus.
Pemaparan awal bisa muncul bahkan ketika individu tidak sadar akan adanya
rangsangan yang telah dipaparkan sebelumnya, disebut juga pemaparan awal
otomatis.
Cara
lainnya adalah dengan pemrosesan otomatis (automatic processing) yang terjadi
ketika setelah berpengalaman melakukan suatu tugas atau mengolah suatu
informasi tertentu yang seakan tanpa perlu usaha yang besar, secara otomatis
dan tidak disadari. Contohnya : saat pertama kali belajar sepeda, kita
memerlukan perhatian khusus dalam mengendarainya. Seiring dengan berkembangnya
keahlian bersepeda kita, kita dapat melakukan tugas-tugas lain seperti
berbicara sambil bersepeda. Begitu teraktivitas, skema dapat menimbulkan efek
prilaku yang otomatis.
Sumber-Sumber
Yang Berpotensi Menimbulkan Kesalahan Dalam Kognisi Sosial
a. Bias Negativtas,
yaitu kencenderungan memberikan perhatian lebih terhadap informasi yang
negatif. Dibandingkan dengan informasi yang positif, satu saja informasi yang
negatif akan memiliki pengaruh yang lebih kuat. Contoh, kita diberi tahu bahwa
dosen yang akan mengajar nanti adalah orang yang pintar, masih muda, ramah,
baik hati, cantik, namun diduga terlibat skandal seks. Bias negatif menyebabkan
kita justru terpaku pada hal yang negatif dan mengabaikan hal-hal yang positif.
b. Bias Optimistic,
yaitu suatu predisposisi untuk mengharapkan agar segala sesuatu dapat berakhir
baik. Kebanyakan orang percaya bahwa mereka memiliki kemungkinan yang lebih
besar dari orang lain untuk mengalami peristiwa negatif dan kemungkinan lebih
kecil untuk mengalami peristiwa negatif. Contoh, pemerintah sering kali
mengumumkan rencana yang terlalu optimis mengenai penyelesaian proyek-proyek
besar seperti jalan, bandara baru dsb. Hal ini mencerminkan kesalahan
perencnaan. Namun ketika individu memperkirakan akan menerima umpan balik atau informasi
yang mungkin negatif dan memiliki konsekuensi penting, tampaknya ia justru
sudah bersiap menghadapi hal yang buruk
(brancing of loss) dan menunjukkan kebalikan dari pola optimistic mereka
menjadi pesimis.
c. Kerugian yang mungkin terjadi
akibat terlalu banyak berpikir. Terkadang terlalu
banyak berpikir dapat menyeret kita kedalam kesulitan kognitif yang serius.
Mencoba berpikir sistematis dan rasional mengenai hal-hal penting adalah
penting.
d. Pemikiran Konterfaktual,
yaitu memikirkan sesuatu yang berlawanan dari keadaan sekarang. Efek dari
memikirkan “apa yang terjadi seandainya...” . Contohnya, ketika selamat dari
kecelakaan pesawat, Zoro justru memikirkan, “bagaimana bila saya tidak langsung
terjun tadi, saya sudah mati pastinya, lalu bagaimana nasib keluarga saya
sepeninggalan saya ?” , dsb. Pemikiran konterfaktual dapat secara kuat
berpengaruh terhadap afeksi kita. Inaction inertia (kelambanan apatis) muncul
ketika individu memutuskan untuk tidak melakukan sesuatu sehingga kehilangan
kesempatan untuk mendapatkan hasil yang positif.
e. Pemikiran Magis,
yaitu berpikir dengan melibatkan asumsi yang tidak didasari alasan yang
rasional. Contoh, supaya ujian lulus, Robbin berdo’a banyak-banyak dan memakai
banyak cincin.
f. Menekan Pikiran,
yaitu usaha untuk mencegah pikiran-pikiran tertentu memasuki alam kesadaran.
Proses ini melibatkan 2 komponen, yaitu : proses pemmantauan yang otomatis yang
mencari tanda-tanda adanya pemikiran yang tidak diinginkan yang memaksa untuk
muncul kedalam kesadaran. Ketika pikiran tersebut terdekteksi, proses kedua
terjadi, yaitu mencegah agar pikiran tersebut tersebut tetap berada diluar
kesadaran tanpa menggangu pikiran yang lain. Contoh, Dara yang ikut program
diet menekankan pikirannya akan makanan-makanan manis.
Afeksi
dan Kognisi
Perasaan kita dan suasana hati memiliki pengaruh
yang kuat terhadap beberapa aspek kognisi, dan kognisi juga berperan kuat pada
perasaan dan suasana hati kita. Suasana hati saat ini dapat secara kuat
mempengaruhi reaksi kita terhadap rangsangan yang baru pertama kali kita temui.
Contohnya, ketika kita sedang bergembira dan berkenalan dengan orang baru,
penilaian kita terhadap orang tersebut pastinya lebih baik dibandingkan saat
kita berkenalan dengannya ketika kita bersedih.
Pengaruh
afek lainnya adalah pengaruh pada ingatan. Ingatan yang bergantung pada suasana hati (mood-dependent memory) yaitu
apa yang kita ingat saat berada dalam suasana hati tertentu, sebagian besar
ditentukan oleh apa yang kita pelajari sebelumnya ketika kita berada dalam suasana
hati tersebut. Pengaruh kedua dikenal dengan Efek kesesuaian suasana hati (mood-congruence effect) yaitu
kecenderungan untuk menyimpan atau mengingat informasi positif ketika berada
dalam suasana hati positif dan informasi negatif ketika berada dalam suasana
hati negatif. Suasana hati saat ini juga berpengaruh pada komponen kognisi lain
yaitu kreatifitas. Informasi yang emosional (emotional contamination) yaitu
suatu proses dimana penilaian, emosi atau prilaku kita dipengaruhi oleh
pemrosesan mental yang tidak disadari dan tidak terkontrol (Wilson & Brekke, 1994).
Kognisi
juga dapat mempengaruhi afeksi yang dijelaskan oleh teori emosonal dua faktor (two-factor theory of emotion) (Schachter,
1964) yang menjelaskan bahwa kita sering tidak mengetahui perasaan atau
sikap kita sendiri. Sehingga kita dapat menyimpulkannya dari lingkungan, dari
situasi dimana kita mengalami reaksi-reaksi internal lainnya. Contohnya, ketika
kita mengalami perasaan tertentu atas kehadiran seseorang yang menarik, kita
menyimpulkan bahwa kita sedang jatuh cinta. Selain itu kognisi bisa
mempengaruhi emosi melalui aktivitas skema yang didalamnya terdapat komponen
afektif yang kuat. Skema atau sterotip yang teraktivitas dengan kuat dapat
sangat berpengaruh pada perasaan atau suasana hati kita saat ini. Selain itu,
pikiran bisa mempengaruhi afeksi melibatkan usaha kita dalam mengatur emosi
kita.