Minggu, 28 April 2013

KOGNISI SOSIAL


      Pengertian Kognisi Sosial

Kognisi sosial adalah tata cara dimana kita menginterpretasi, menganalisis, mengingat dan menggunakan informasi tentang dunia sosial. Kognisi sosial dapat terjadi secara otomatis. Contohnya,saat kita melihat seseorang dari ras tertentu (Cina misalnya), kita seringkali secara otomatis berasumsi bahwa orang tersebut memiliki ciri/sifat tertentu. Kapasitas kognitif kita juga terbatas. Selain itu, terdapat suatu hubungan antara kognisi dan afeksi (bagaimana kita berpikir dan bagaimana kita merasa).

      Skema

Komponen dasar kognisi secara sosial adalah skema (schema). Skema adalah struktur mental yang membantu kita mengorganisasi informasi sosial, dan menuntun pemprosesannya. Skema berkisar pada suatu subjek atau tema tertentu dalam otak kita, skema itu seperti sekenario, yang memiliki alur. Skema diotak kita terbentuk berdasarkan pengalaman yang pernah kita alami sendiri atau diceritakan oleh orang lain. Contohnya, skema kita tentang McD membuat kita tahu bagaimana cara untuk makan di McD sehingga begitu kita datang ke McD kitta langsung kekasir untuk memesan makanan. Skema yang kita miliki akan mempengaruhi sikap kita pada sesuatu.

Skema menimbulkan efek yang sangat kuat terhadap 3 proses dasar : Perhatian atau atensi (attention), Pengkodean (encoding) dan Mengingat kembali (retrieval). Skema terbukti berpengaruh terhadap semua aspek dasar kognisi sosial (Wyer & Srull, 1994). Dalam hubungannya dengan atensi, skema sering kali berperan sebagai penyaring : informasi yang konsisten dengan skema lebih diperhatikan dan lebih mungkin untuk masuk kedalam kesadaran kita. Informasi yang tidak cocok dengan skema kita sering kali diabaikan (Fiske, 1993), kecuali informasi itu sangat ekstrem. Pengkodean-informasi apa yang dimasukan dalam ingatan-informasi yang menjadi fokus atensi lebih mungkin untuk disimoan dalam ingatan jangka panjang. Mengingat kembali informasi (reterival)-informasi apa yang paling siap untuk diingat-secara umum, orang melaporkan informasi yang konsisten dengan skema mereka, namun kenyataannya, informasi yang tidak konsisten dengan skema juga dapat secara kuat muncul dalam ingatan.

Skema juga memiliki kelemahan (segi negatif). Skema mempengaruhi apa yang kita pikirkan, apa yang masuk dalam ingatan kita, dan apa yang kita ingat, sehingga terjadi distorsi pada pemahaman kita terhadap dunia sosial. Skema memainkan peran penting dalam pembentukan prasangka, dalam membentuk satu komponen dasar pada streotip tentang kelompok-kelompok sosial tertentu. Skema sering kali sulit diubah-skema memiliki efek bertahan (perseverance effect), tidak berubah bahkan ketika menghadapi informasi yang kontradiktif. Kadang kala skema bisa memberikan efek pemenuhan harapan diri (self-fulfilling) yaitu skema membuat dunia sosial yang kita alami menjadi konsisten dengan skema yang kita miliki.

Contoh efek bertahan, ketika kita gagal kita berusaha menghibur diri sendiri dengan berkata “kamu hebat kok, ini karena pertandingan yang tidak adil”, dsb. Contoh ramalan yang mewujudkan dirinya sendiri (self-fulfilling prophecy) – ramalan yang membuat ramalan itu benar-benar terjadi, skema guru untuk siswa yang minoritas yang menyebabkan guru memperlakukan siswa minoritas itu secara berbeda (kurang positif) sehingga menyebabkan prestasi siswa minoritas itu menurun. Sterotip tidak hanya memiliki pengaruh namun bisa melalui efek pemastian dirinya, sterotip juga membentuk realitas sosial.

Heuristic

Kejenuhan informasi (information overloaded) adalah suatu keadaan dimana pengolahan informasi kita telah berada diluar kapasitas kemampuan yang sesungguhnya sehingga menuntut sistem kognitif yang lebih besar daripada yang bisa diolah. Berbagai strategi untuk melebarkan kapasitas kognitif harus memenuhi 2 persyaratan, yaitu : harus menyediakan cara yang cepat dan sederhana untuk dapat mengolah informasi sosial dalam jumlah yang banyak, dan harus dapat digunakan, harus berhasil. Namun yang paling berguna adalah Heuristic yaitu aturan sederhana untuk membuat keputusan kompleks atau untuk menarik kesimpulan secara cepat dan seakan tanpa usaha yang berarti. Heuristic ada 2 macam :

a.       Heuristic Keterwakilan (Heuristic Representativeness) yaitu sebuah strategi untuk membuat penilaian berdasarkan pada sejauh mana stimuli atau peristiwa tersebut mempunyai kemiripan dengan stimuli atau kategor yang lain. Contoh: kita mengenal Denis sebagai pribadi yang eratur, ramah, rapi, memiliki perpustakaan dirumahnya dan sedikit pemalu. Namun kita tidak mengetahui pekerjaannya. Mungkin kita langsung menilainya sebagai pustakawan. Dengan kata lain, kita menilai berdasarkan : semakin mirip seseorang dengan ciri-ciri khas orang-orang dari suatu kelompok, semakin mungkin ia merupakan bagian dari kelompok tersebut.
b.      Heuristic Ketersediaan (Availability Heuristic) yaitu sebuah strategi untuk membuat keputusan berdasarkan seberapa mudah suatu informasi yang spesifik dapat dimunculkan dalam benak kita. Heuristic ini dapat mengarahkan kita untuk melebih-lebihkan kemungkinan munculnya peristiwa dramatis, namun jarang, karena peristiwa itu mudah masuk kedalam pikiran kita. Contohnya : banyak orang merasa lebih takut tewas kecelakaan pesawat daripada kecelakaan di darat. Hal ini karena fakta bahwa kecelakaan pesawat jauh lebih dramatis dan menyedot lebih banyak perhatian media. Akibatnya, kecelakaan pesawat lebih mudah terpikir sehingga berpengaruh lebih kuat dalam penilaian individu. Heuristic ini berhubungan dengan proses pemaparan awal (priming) – meningkatnya ketersediaan informasi sebagai hasil dari sering hadirnya rangsangan atau peristiwa-peristiwa khusus. Pemaparan awal bisa muncul bahkan ketika individu tidak sadar akan adanya rangsangan yang telah dipaparkan sebelumnya, disebut juga pemaparan awal otomatis.
Cara lainnya adalah dengan pemrosesan otomatis (automatic processing) yang terjadi ketika setelah berpengalaman melakukan suatu tugas atau mengolah suatu informasi tertentu yang seakan tanpa perlu usaha yang besar, secara otomatis dan tidak disadari. Contohnya : saat pertama kali belajar sepeda, kita memerlukan perhatian khusus dalam mengendarainya. Seiring dengan berkembangnya keahlian bersepeda kita, kita dapat melakukan tugas-tugas lain seperti berbicara sambil bersepeda. Begitu teraktivitas, skema dapat menimbulkan efek prilaku yang otomatis.

      Sumber-Sumber Yang Berpotensi Menimbulkan Kesalahan Dalam Kognisi Sosial
a.       Bias Negativtas, yaitu kencenderungan memberikan perhatian lebih terhadap informasi yang negatif. Dibandingkan dengan informasi yang positif, satu saja informasi yang negatif akan memiliki pengaruh yang lebih kuat. Contoh, kita diberi tahu bahwa dosen yang akan mengajar nanti adalah orang yang pintar, masih muda, ramah, baik hati, cantik, namun diduga terlibat skandal seks. Bias negatif menyebabkan kita justru terpaku pada hal yang negatif dan mengabaikan hal-hal yang positif.
b.      Bias Optimistic, yaitu suatu predisposisi untuk mengharapkan agar segala sesuatu dapat berakhir baik. Kebanyakan orang percaya bahwa mereka memiliki kemungkinan yang lebih besar dari orang lain untuk mengalami peristiwa negatif dan kemungkinan lebih kecil untuk mengalami peristiwa negatif. Contoh, pemerintah sering kali mengumumkan rencana yang terlalu optimis mengenai penyelesaian proyek-proyek besar seperti jalan, bandara baru dsb. Hal ini mencerminkan kesalahan perencnaan. Namun ketika individu memperkirakan akan menerima umpan balik atau informasi yang mungkin negatif dan memiliki konsekuensi penting, tampaknya ia justru sudah bersiap menghadapi hal yang buruk (brancing of loss) dan menunjukkan kebalikan dari pola optimistic mereka menjadi pesimis.
c.       Kerugian yang mungkin terjadi akibat terlalu banyak berpikir. Terkadang terlalu banyak berpikir dapat menyeret kita kedalam kesulitan kognitif yang serius. Mencoba berpikir sistematis dan rasional mengenai hal-hal penting adalah penting.
d.      Pemikiran Konterfaktual, yaitu memikirkan sesuatu yang berlawanan dari keadaan sekarang. Efek dari memikirkan “apa yang terjadi seandainya...” . Contohnya, ketika selamat dari kecelakaan pesawat, Zoro justru memikirkan, “bagaimana bila saya tidak langsung terjun tadi, saya sudah mati pastinya, lalu bagaimana nasib keluarga saya sepeninggalan saya ?” , dsb. Pemikiran konterfaktual dapat secara kuat berpengaruh terhadap afeksi kita. Inaction inertia (kelambanan apatis) muncul ketika individu memutuskan untuk tidak melakukan sesuatu sehingga kehilangan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang positif.
e.       Pemikiran Magis, yaitu berpikir dengan melibatkan asumsi yang tidak didasari alasan yang rasional. Contoh, supaya ujian lulus, Robbin berdo’a banyak-banyak dan memakai banyak cincin.
f.       Menekan Pikiran, yaitu usaha untuk mencegah pikiran-pikiran tertentu memasuki alam kesadaran. Proses ini melibatkan 2 komponen, yaitu : proses pemmantauan yang otomatis yang mencari tanda-tanda adanya pemikiran yang tidak diinginkan yang memaksa untuk muncul kedalam kesadaran. Ketika pikiran tersebut terdekteksi, proses kedua terjadi, yaitu mencegah agar pikiran tersebut tersebut tetap berada diluar kesadaran tanpa menggangu pikiran yang lain. Contoh, Dara yang ikut program diet menekankan pikirannya akan makanan-makanan manis.

      Afeksi dan Kognisi

Perasaan kita dan suasana hati memiliki pengaruh yang kuat terhadap beberapa aspek kognisi, dan kognisi juga berperan kuat pada perasaan dan suasana hati kita. Suasana hati saat ini dapat secara kuat mempengaruhi reaksi kita terhadap rangsangan yang baru pertama kali kita temui. Contohnya, ketika kita sedang bergembira dan berkenalan dengan orang baru, penilaian kita terhadap orang tersebut pastinya lebih baik dibandingkan saat kita berkenalan dengannya ketika kita bersedih.

Pengaruh afek lainnya adalah pengaruh pada ingatan. Ingatan yang bergantung pada suasana hati (mood-dependent memory) yaitu apa yang kita ingat saat berada dalam suasana hati tertentu, sebagian besar ditentukan oleh apa yang kita pelajari sebelumnya ketika kita berada dalam suasana hati tersebut. Pengaruh kedua dikenal dengan Efek kesesuaian suasana hati (mood-congruence effect) yaitu kecenderungan untuk menyimpan atau mengingat informasi positif ketika berada dalam suasana hati positif dan informasi negatif ketika berada dalam suasana hati negatif. Suasana hati saat ini juga berpengaruh pada komponen kognisi lain yaitu kreatifitas. Informasi yang emosional (emotional contamination) yaitu suatu proses dimana penilaian, emosi atau prilaku kita dipengaruhi oleh pemrosesan mental yang tidak disadari dan tidak terkontrol (Wilson & Brekke, 1994).

Kognisi juga dapat mempengaruhi afeksi yang dijelaskan oleh teori emosonal dua faktor (two-factor theory of emotion) (Schachter, 1964) yang menjelaskan bahwa kita sering tidak mengetahui perasaan atau sikap kita sendiri. Sehingga kita dapat menyimpulkannya dari lingkungan, dari situasi dimana kita mengalami reaksi-reaksi internal lainnya. Contohnya, ketika kita mengalami perasaan tertentu atas kehadiran seseorang yang menarik, kita menyimpulkan bahwa kita sedang jatuh cinta. Selain itu kognisi bisa mempengaruhi emosi melalui aktivitas skema yang didalamnya terdapat komponen afektif yang kuat. Skema atau sterotip yang teraktivitas dengan kuat dapat sangat berpengaruh pada perasaan atau suasana hati kita saat ini. Selain itu, pikiran bisa mempengaruhi afeksi melibatkan usaha kita dalam mengatur emosi kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar